MADINAH pada suatu hari, selalu matahari menyengat panas, namun udara sering kali terasa sejuk. Di suatu sudut kota Madinah, Sulaiman bin Abdul Malik, salah searing penguasa Bani Umayah tengah berbincang panjang dengan Abu Hazim, seseorang yang memahami dien demikian dalam.
Sulaiman bertanya , “Wahai Abu Hazim, mengapa saya takut mati?”
“Karena Anda telah merusak akhirat Anda dan membangun dunia Anda. Maka Anda merasa takut untuk pindah dari tempat yang sudah dibangun ke tempat yang masih rusak.”
“Wahai Abu Hazim, bagaimana gambaran orang yang kembali kepada Allah?”
“Orang baik apabila kembali kepada Allah bagaikan seorang musafir yang kembali kepada keluarganya, adapaun orang durhaka apabila kembali kepada Allah laksana seorang hamba yang lari yang dipaksa pulang kepada tuannya.”
Sambil menangis Sulaiman lagi, “Oh…lalu bagaimana posisiku di hadapan Allah?”
“Cerminkan dirimu pada Kitab Allah kareana Dia berfirman. Sesunggunhnya orang-orang yang berbakti berada di surga yang penuh nikmat dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka berada di neraka al-Jahim.” (QS 82.13) .
“Kalau begitu di mana rahmat Allah ?”
“Rahmat Allah dekat dengan orang-orang yang baik.”
“Wahai Abu Hazim, siapa di antara hamba Allah yang paling mulia?”
“Yang paling bertaqwa dan paling muruwwah, tahu harga diri.”
“Amal apa yang paling utama?”
“Menunaikan fardu kewajiban Allah dan menghindari segala larangan-Nya.”
“Jeritan apa yang paling didengar oleh Allah?”
“Suara kebenaran di hadapan orang yang kautakuti.”
“Orang mukmin mana yang paling beruntung?”
“Orang mukmin yang melaksanakan perintah Allah dan menyeru manusia lain pada perintah itu.”
“Orang mukmin mana yang paling rugi.”
“Orang yang melakukan sesuatu demi kehendak nafsu orang yang zalim sehingga dia rela menjual akhiratnya demi kepentingan dunia orang tersebut.”
“Bagaimana pendapat Anda tentang keadaan kami?”
“Untuk sementara aku tidak bisa memberikan jawaban.”
“Tapi saya harap Anda bisa menasihati saya.”
“Wahai Amirul Mukminin, para leluhur Anda telah menguasai rakyat banyak ini dengan pedang-pedang mereka dan dengan cara kekerasan tanpa musyawarah dan kesepakatan dengan mereka sehingga karenanya banyak rakyat yang tak berdosa mati terbunuh.”
Tiba-tiba di antara hadirin ada yang protes, “Sungguh, suatu kata-kata yang sangat buruk yang Anda ucapkan di hadapan Amirul Mukminin.”
“Namun Allah telah mengambil ikrar janji dari para ulama agar menjelaskan perkara-perkara yang haq dan tidak menyembunyikannya,” jawab Abu Hazim.
“Wahai Abu Hazim, bagaimana caranya agar kami bisa mengoreksi kesalahan-kesalahan kami?” tanya Sulaiman.
“Anda ambil kembali hak yang telah dirampas dan kembalikan pada tempatnya semula.”
“Siapa yang akan mampu melakukan hal itu?”
“Allahumma ya Allah, apabila Sulaiman itu adalah di antara para kekasih-Mu, maka karuniakanlah padanya surga di dunia dan di akhirat, apabila dia di antara musuh-musuh-Mu, maka perlakukanlah dia seperti yang Kau-inginkan.”
“Wahai Abu Hazim, sekali lagi berilah aku nasihat yang ringkas.”
“Agungkan Tuhanmu dan sucikan Dia dari melihatmu di tempat yang dilarang-Nya, atau Dia menjumpaimu ditempat yang diperintahkan-Nya.”
[Sumber: Islampos]
Ikuti @Smart_Newz