Akhirnya saya selesai membaca novel berjudul “Cogito Allah Sum!” karya Lalu Mohammad Zaenudin. Buku yang lumayan bagus bagi para pencari tuhan, didalamnya banyak terdapat perenungan-perenungan tentang seseorang yang berusaha menemukan ke exist-an Allah. Saya akan membagi beberapa ilmu kepada teman-teman yang telah saya pahami dan mengerti dari buku ini. Bismillah…..
Apakah Tuhan itu ada?
Apakah agama itu hanya sebuah mitos? muncul dari budaya manusia dan berkembang dari waktu ke waktu? Pada awal kehidupan manusia, sekitar 10.000 SM pada awal mencairnya zaman es, tanda-tanda kehidupan manusia mulai muncul. Seperti yang dikemukakan oleh teori evolusi Charles Darwin bahwa nenek moyang manusia dulunya adalah sebangsa primata/kera. Dimulai dari zaman paleolitikum, pada awalnya wujud manusia sama dengan kera, hal ini dapat dibuktikan dengan berbagai penemuan fosil-fosil manusia purba seperti pithecanthropus erectus. Jadi berarti nenek moyang manusia dalam agama-agama ibrani yaitu Adam adalah kera? yah disinilah titik pertentangan antara irasional agama dengan rasionalitas ilmu pengetahuan.
manusia pada pertama kali belum tahu apa itu makhluk halus semacam jin, setan, hantu, dll. karena mereka hidup hanya untuk berburu dan meramu, jadi buat apalah mereka memikirkan hal seperti itu, yang mereka pikirkan kala itu hanyalah bagaimana mengatasi perut mereka yang lapar dengan berburu di alam liar. Kemudian pada periode nomaden atau berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, mereka mulai menemukan ada kekuatan lain yang jauh lebih besar dari mereka, yaitu kekuatan alam, cuaca, adanya binatang buas, serta kejanggalan dan kengerian yang terdapat di alam, hal-hal tersebut membuat mereka menginginkan sebuah perlindungan dari segala ancaman dan bahaya tersebut. saat itulah nenek moyang kita memanipulasi makhluk dan kekuatan supranatural atau kekuatan alam. Akhirnya muncullah kepercayaan animisme. Jadi motivasi awal adalah untuk dapat menaklukan alam ini, bukan takut kepada surga ataupun neraka. Hal ini merupakan pemikiran dari ahli sejarah dan pemikir bernama E. B. Taylor (atheis?)
Selanjutnya orang-orang prasejarah mulai percaya tentang adanya ruh-ruh yang dimiliki oleh setiap benda, seperti pohon, batu, dll. Bahkan sampai saat ini kita masih bisa melihat upacara-upacara yang mengkeramatkan pohon angker dan tua. Mereka menyembah apa saja, jadi yang disembah ada banyak, pikiran tersebut melahirkan aliran Dinamisme dalam kepercayaan, yaitu menyembah berbagai roh/ dewa-dewi. Agar merek bisa memanggil kekuatan tersebut untuk dimintai pertolongan, maka mereka melakukan upacara atau ritual seperti menari, bernyanyi, bertapa, berdoa, dll. Hal tersebut dinamakan religion in action (agama sebagai perbuatan) oleh Wallace.
Pada pergeseran masa dan perubahan zaman, manusia mulai menyadari bahwa kekuatan-kekuatan tersebut ternyata sifatnya bervariasi, ada yang kuat, ada yang lemah, ada yang biasa-biasa saja. Ada bebrbagai elemen dan ternyata masing-masing elemen tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangannya seperti air, api, tanah, listrik, cahaya, dll. Nah akibat dari bervariasinya kekuatan tersebut manusia mulai bingung, ada kekuatan lain yang lebih besar dari kekuatan itu sendiri, hal ini dinamakan ‘there is god above god’. Lalu berdasarkan kenyataan tersebut mereka pun akhirnya sepakat bahwa tuhan-tuhan tersebut mempunyai satu tuhan raja yang paling berkuasa dan menjadi atasan tuhan-tuhan kecil tersebut. Akhirnya dari menyembah banyak tuhan akhirnya mereka hanya menyembah tuhan yang paling tinggi saja. daripada repot mengurus tuhan banyak-banyak.
Hal diatas merupakan pendapat para atheis yang menyatakan tuhan itu tidak ada. Dari kesimpulan uraian diatas berarti bahwa segala macam agama yang ada didunia ini tak lain hanya berasal dari anggapan-anggapan atau pemikiran manusia saja. Tentu saja saya tidak setuju dengan anggapan diatas, ya memang benar agama berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan budaya manusia. Namun seiring berkembangnya kebutuhan manusia dan majunya pemikiran manusia, manusia semakin menemukan kejanggalan dan keajaiban yang amat sangat yang tidak mampu dipikirkan oleh logika, maka berangsur-angsur Tuhan sedikit demi sedikit mulai menampakkan sosoknya serta keagungannya untuk menuntun umat manusia.
Apakah Tuhan itu Maha Pencipta dan Maha Kuasa?
Ada dua buah pertanyaan didalam novel tersebut yang ditanyakan oleh seorang tokoh atheis yang meragukan sifat-sifat Tuhan, yang pertama adalah ,
“Dapatkah Tuhan menciptakan sebuah perisai yang amat sangat kuat sehingga tidak ada satu pedang-pun yang dapat menembusnya, kemudian dapatkah Tuhan menciptakan sebilah pedang yang sangat tajam sehingga dapat menembus perisai yang amat tangguh sekalipun?”
Mari kita hayati sejenak pertanyaan tersebut. Pertanyaan tersebut sangatlah menjebak, tuhan pasti bisa membuat kedua-duanya, namun pastilah ada satu yang kalah, dan itu artinya Tuhan bukanlah sang Maha Pencipta karena gagal membuat perisai atau pedang yang paling kuat. setidaknya itu yang dimaksud oleh pertanyaan tersebut. Sudah jelas-kah bagi kalian? dapatkah kalian menjawabnya? Mari kita jawab bersama.
Jawaban dari pertanyaan pertama diatas sebenarnya mirip dengan permainan angka, kita tahu bahwa pedang dan perisai memiliki fungsi kekuatan yang berbeda. Pedang untuk menyerang sedangkan perisai untuk bertahan, masing-masing mempunyai puncak kekuatannya.Andaikan saja kekuatan pedang itu 5 poin, lalu kekuatan perisai itu juga 5 poin. Namun karena fungsinya juga berbeda, pedang untuk menyerang sedangkan perisai untuk bertahan, maka kita bedakan juga jenis angkanya, yaitu pedang 5 poin, sedangkan perisai ‘-5 poin’ . Jika saat kedua benda tersebut di adu kekuatan masing-masing, maka terjadilah operasi ‘bentrok’ dalam logika matematika, dan fungsi tersebut menjadi +5 + (-5) = 0. Nah nilai “nol” menunjukan ketiadaan benda dan ketiadaan hasil atau berarti tidak membuat apa-apa, maka hasilnya pun tidak ada. Dan kesimpulannya adalah, Kedua benda tersebut memang kuat, tapi sama-sama kuat sedangkan fungsinya-pun berbeda antara menyerang dan bertahan.
Kemudian kita beralih ke pertanyaan kedua, yang juga sama menjebaknya,
” Dapatkah Tuhan menciptakan makhluk yang lebih kuat daripada-Nya?”
Dalami dan selami pertanyaan tersebut. Jika Tuhan tidak dapat menciptakan makhluk yang lebih kuat dari-Nya, maka tuhan bukanlah sang Maha Pencipta dan bukanlah Maha Kuasa, karena ada makhluk yang lebih kuat dari-Nya. setidaknya itulah yang akan menjadi jebakan pertanyaan tersebut. Mari kita jawab bersama.
Pertanyaan tersebut sebenarnya belum / tidak tepat. Orang yang bertanya demikian harus mengerti dan sepakat arti dari kata ‘maha’ itu sendiri. dalam terminologi bahasa, makna ‘maha’ itu sama dengan ‘tak terhingga’, sedangkan ‘tak terhingga’ itu merupakan notasi dari angka ‘yang paling besar’. Jadi sejatinya tidak ada yang lebih besar dari yang paling besar. Nah jika kesepakatan tersebut tercapai, maka pertanyaan tersebut akan mudah untuk dijawab. Adakah nilai yang lebih besar dari ‘tak terhingga’ ataupun ‘tak terbatas’? Tentunya tidak ada bukan? karena tak terhingga merupakan puncak dari sesuatu yang hingga atau mungkin untuk dilakukan. Jadi sangat tidak rasional untuk sebuah pertanyaan jebakan seperti itu. Pertanyaan tersebut lebih tepat untuk sebuah ‘maha’ yang terbatas sehingga masih bisa ada yang lebih tinggi darinya. Namun Tuhan kita adalah ‘maha’ tak terbatas, tak akan ada yang melebihi-Nya, menyaingi-Nya, maupun hanya sekedar menyamai-Nya.
Demikianlah, semoga dapat kita renungkan dan dapat menjadi amalan bagi kita untuk memperkuat dan mempertebal iman kita dari serangan-serangan pertanyaan para kaum tak beragama yang berusaha menyesatkan kita. Amin. ( abenxsagara/idiotraveler.blogspot.com )
Sumber referensi : novel Cogito Allah Sum!/Lalu Mohammad Zaenudin
[Sumber: Filsafat.Kompasiana]
Ikuti @Smart_Newz