SEPANAS APA KELAK DI AKHIRAT?


SUDAH beberapa hari ini Medan dilanda panas yang menyengat. Hawa kering dan cuaca terik menemani hari-hari kami menjalani ibadah Ramadhan, padahal waktu dhuha belum lagi beranjak. Tak hanya manusia yang merasakan hebatnya panas ini, tumbuhan dan hewan-hewan pun ikut merasakan.



Rasanya begitu melelahkan ya berjalan di bawah teriknya matahari, saat tenggorokan terasa sangat kering dan perut yang juga keroncongan. Belum lagi keringat membasahi pakaian kita karena harus bekerja atau mengais sesuap rezeki. Subhanallaah… berpuasa dalam keadaan seperti itu benar-benar membutuhkan keteguhan hati. Mungkin begitu yang dirasakan oleh mereka yang harus bergelut dengan panasnya matahari sehari-hari.

Bagi sebagian muslim yang tak tahan, meneguk segelas es di warung pinggir jalan menjadi pilihannya. Begitu mudahnya mereka berbuka dan begitu bangganya mereka tak berpuasa.

Saya jadi teringat dengan kisah seorang petani kopi yang pernah diceritakan teman saya. Teman saya ini bersama timnya harus naik turun bukit yang terjal, menuruni lembah yang curam, dan berjalan melintasi belukar, rata-rata 10 km per hari. Katanya, dalam kondisi tak berpuasa saja, mereka sangat kelelahan, apalagi jika berpuasa. Tapi yang membuatnya terkejut adalah, para petani kopi yang menemani mereka tetap berpuasa meskipun jalan yang ditempuh begitu luar biasa di bawah teriknya panas matahari.

Kisah itu benar-benar membuat saya kagum. Bila dibandingkan dengan mereka, kondisi kita sebenarnya belumlah ada apa-apanya. Masa teriknya matahari seperti saat ini saja kita menyerah dan membatalkan puasa kita?

Tahukah kita, sepanas apa kelak api di neraka sana? Saya membayangkannya saja sudah ngeri, meskipun saya tidak tahu sepanas apa di sana (semoga Alloh ‘azza wa jallah menjauhkan kita dari api neraka). Anda pernah terkena api? Atau cairan lilin panas? Panasnya menorehkan luka, kan? Yang pasti panas api neraka berkali-kali lipat panasnya dari itu. Duhai, semoga kita dijauhkan dari panasnya neraka.

Setiap kali kita hendak bermaksiat atau terbersit niat akan keburukan, sudah seharusnya kita pun segera mengingat sepanas apa nanti di neraka. Inilah hikmah Alloh menciptakan neraka, agar kita selalu ingat panasnya, sehingga kita senantiasa mawas diri.

Selain karena tak ingin dimasukkan ke sana, tentunya kita melakukan amalan apapun sejatinya karena Alloh, karena kita berusaha mencintai-Nya. Biasanya kita akan melakukan apa yang disukai oleh yang kita cintai, begitu pula dengan Alloh. Jika kita mengaku cinta padaNya, maka kita juga harus ingat, sepanas apa di nerakaNya?

Jadi, pelajaran hari ini adalah jika hendak melakukan kemaksiatan, ingatlah sepanas apa di sana? 

[Sumber: Islampos]