SEJARAH PANJANG TENTANG ADANYA KERTAS


Kertas ditemukan oleh bangsa China para tahun 105 pada masa dinasti Han dan mulai menyebar perlahan ke barat melalui Samarkand dan Baghdad. Pembuatan dan industri kertas di Eropa bermula dari Spanyol dan Sisilia pada abad ke 10 oleh kaum Muslim yang tinggal di sana, kertas kemudian mulai dikenal di Italia dan Selatan Prancis, kemudian sampai di Jerman pada tahun 1400. Pada masa abad pertengahan di Eropa, pembuatan kertas secara manual memanfaatkan tenaga air. Adalah penemuan teknologi percetakan printing press dan revolusi percetakan pada abad ke 15 yang berkontribusi atas penyebaran kertas yang sangat pesat di Eropa.

Kata 'kertas' berasal dari kata papyros, bahasa Yunani kuno untuk tanaman Cyperus Papyrus. Tanaman ini bersifat tebal dan sari nya digunakan untuk produksi material yang menyerupai kertas, digunakan oleh bangsa Mesir kuno serta kebudayaan Mediterania jauh sebelum kertas ditemukan di China. Papyrus merupakan pengolahan bagian dari tanaman secara langsung, sedangkan kertas dibuat dari serat yang sudah di olah dan diberi perlakuan khusus.

Tanaman papyrus

Lembaran papyrus

Sejarah pembuatan kertas dimulai di China, saat seorang pejabat pengadilan Kekaisaran pada masa dinasti Han (202 SM - 220) bernama Cai Lun, membuat kertas menggunakan tanaman mulberry, serat kulit pohon, jala ikan, kain bekas dan sisa jerami. Walau demikian, lembaran kertas kuno berisi gambar peta yang ditemukan di propinsi Gansu yang berasal dari perkiraan tahun 179 - 41 SM.

Pada masa dinasti Shang (1600 - 1050 SM) dan dinasti Zhou (1050 SM - 256) di China kuno, dokumen umumnya ditulis di lembaran tulang atau bambu (bisa berupa lempengan maupun lembaran bambu yang di jahit kemudian digulung) menyebabkan kesulitan untuk transportasi karena sangat berat. Walaupun material yang lebih ringkas seperti lembaran sutra juga digunakan, tapi sangat jarang karena harganya yang sangat mahal. Walaupun pejabat Cai Lun disebut sebagai penemu kertas dengan teknologi pembuatan yang canggih pada masa tersebut, penemuan spesimen yang bertuliskan aksara mandarin di propinsi Gansu pada tahun 2006 menunjukkan bahwa pihak militer China kuno sudah menggunakan kertas 100 tahun sebelum material ini ditemukan oleh Cai. Atas penemuan ini, Cai Lun sangat berkontribusi dalam penyempurnaan metode, bahan, dan resep pembuatan kertas.

Catatan sejarah menunjukkan bahwa pejabat Cai menemukan ide pembuatan kertas kemudian memperkenalkan pada Kaisar yang memujinya. Sejak saat itu, kertas digunakan untuk menggantikan lempengan bambu dan lembaran sutra. Material ini dikenal luas sebagai Kertas Yang Mulia Cai.

Awalnya, fabrikasi kertas dilakukan dengan melumatkan sobekan kain di air, kemudian seratnya dimanfaatkan. Kertas berkualitas tinggi buatan Tso Po menggunakan bahan kayu tanaman Mulberry, pada masa Jin bagian Timur pembuatan kertas memanfaatkan cetakan bambu, dan menggunakan pewarna. Saat percetakan menjadi populer di masa dinasti Song, permintaan kertas semakin meningkat, bahkan digunakan sebagai alat pembayaran retribusi kepada pemerintah pusat.

Ilustrasi pembuatan kertas di masa China kuno

Walaupun lebih murah dibanding kertas kulit (vellum), dalam jumlah besar, misalnya seukuran buku, kertas adalah material yang mahal sebelum abad ke 19. Teknologi mesin kertas bertenaga uap ditemukan, sehingga pembuatan kertas dengan bubur kertas dari kayu dapat dilakukan. Walaupun ada beberapa mesin pendahulu, mesin pembuat kertas Fourdrinier adalah dasar dari teknologi pembuatan kertas modern. Pada tahun 1799, Nicholas Louis Robert dari Essonnes, Prancis mendapatkan paten untuk mesin kertas yang dapat memproduksi kertas gulungan (continuous paper machine). Saat itu, Nicholas bekerjasama dengan Leger Didot, kemudian terjadi selisih pendapat mengenai kepemilikan ijin penemuan mesin. Adalah Didot yang mengutus John Gamble, adik iparnya untuk menemui Sealy dan Henry Fordrinier di London dan setuju untuk mensponsori suatu proyek. Pada 20 Oktober 1801, Gamble mendapatkan paten no 2487 dari negara Inggris. Tahun 1803, sebuah mesin dipasang di Frogmore, Hetfordshire. Mesin tersebut merupakan penyempurnaan dari mesn Robert, hal ini dimungkinkan karena keterlibatan Bryan Donkin seorang mekanik yang sangat terampil.

Hingga akhir abad ke 18, ujicoba menggunakan bahan kayu untuk membuat kertas tidak menunjukkan hasil yang memuaskan. Pada tahun 1800, Matthias Koops di London, Inggris mempelajari lebih lanjut gagasan pembuatan kertas dengan kayu, dan menerbitkan buku berjudul Historical Account of the Substance wich have been used to Describe Events, and to Convey Ideas, from the Earliest Date, to the Invention of Paper (panjang banget ya gan? ... kira-kira judulnya adalah Catatan penggunaan bahan, kerjadian, ide dari dulu sampai penemuan kertas). Matthias mendapatkan dukungan keuangan dari keluarga kerajaan untuk pembuatan mesin cetak serta bahan dan infrastruktur untuk bisnis percetakannya. Buku yang sangat menarik, walaupun sangat mahal merupakan satu-satunya buku yang berhasil di tulis dan di cetak sebelum perusahaannya bangkrut.

Pada tahun 1830 dan 1840, dua tokoh dari benua yang berbeda melakukan terobosan. Charles Fenerty dan Friedrich Gottlob Keller memulai ujicoba memanfaatkan bahan kayu untuk teknik pembuatan kertas, membuat bubur kertas langsung dari bahan kayu tersebut. Kurang lebih pada waktu yang sama, pada pertengahan tahun 1844, kedua tokoh ini mengumumkan penemuan mereka. Sebuah mesin yang dapat memisahkan serat dari pohon dan memanfaatkan serat untuk pembuatan kertas. Bubur kayu kemudian di putihkan / dicuci (bleach) oleh Fenerty sehingga memproduksi kertas berwarna putih. Pada saat inilah dimulai era baru pembuatan kertas. Pada akhir abad 19, hampir semua produsen menggunakan bahan kayu untuk pembuatan kertas.

Charles Fenerty

Friedrich Gottlob Keller

Dengan penemuan pena tinta (fountain pen), produksi masal alat tulis pensil, berkembangnya teknologi percetakan (printing press) dengan tenaga uap, kertas dengan bahan dasar kertas menyebabkan perubahan ekonomi dan sosial di negara industri yang sangat besar pada abad ke 19. Pengenalan kertas yang lebih murah, buku pelajaran, fiksi, non fiksi, surat kabar semakin terjangkau pada tahun 1900.