Bagi sebagian warga yang biasa bepergian antara kota Malang dan Lumajang, mereka cukup akrab dengan satu jalur alternatif di lereng Semeru. Jalur itu banyak dikenal dengan julukan ‘Piket Nol’.
Nama Piket Nol sendiri diambil karena pada masa penjajahan, jalur ini selalu dipakai pemerintah kolonial untuk memeriksa setiap angkutan yang membawa hasil bumi. Jalur ini dipilih karena dapat menghubungkan dua daerah dengan waktu yang relatif lebih cepat.
Selain itu, karena letaknya di lereng gunung dengan pemandangan yang indah membuat jalur ini menjadi favorit. Di sana juga terdapat banyak gubuk bambu yang telah disediakan untuk menikmati pemandangan.
Tetapi, di balik keindahan yang dimilikinya, jalur Piket Nol ternyata juga menyimpan cerita misteri. Sebagian masyarakat menyebut angker tepat pada jembatan lama yang ada di jalur itu. Jembatan itu kini tidak lagi berfungsi.
"Kata orang yang serem-serem di jembatan Piket Nol,' ujar salah satu warga Lumajang, Dedi, ketika dihubungi merdeka.com, Minggu (9/9).
Dedi menjelaskan, banyak terjadi penampakan hantu ketika kendaraan melintas di jalur itu. "Karena jembatan itu tempat buang mayat G 30 S sama petrus (penembakan misterius). Dari jembatan dibuang ke jurang, ada juga yang digantung di tiang jembatan," terangnya.
Selanjutnya, kejadian aneh yang sering muncul adalah tiba-tiba ada orang yang menyeberang. Itu menyebabkan banyaknya kecelakaan. Biasanya, kejadian itu kerap berlangsung malam hari.
"Kalau orang sudah kemalaman, mereka memilih menunggu bareng di warung Piket Nol atas," tambah Dedi.
Lebih lanjut, karena banyaknya kecelakaan yang disebabkan alasan irasional, banyak pengguna jalan memilih untuk tidak melewati jalur itu di tengah malam. "Mereka lebih banyak memilih menunggu sampai waktu gentingnya hilang, yaitu sampai pukul 03.00 WIB," pungkasnya.
Ikuti @Smart_Newz