Ilustrasi (gambar: /jimmysmithtraining.com)
CALIFORNIA, SMART NEWZ - Mimpi membuat orang merasakan terapi dalam satu malam. Selama bermimpi, zat-zat penyebab stress di otak seseorang akan berhenti bekerja, sementara itu otak akan memproses pengalaman emosional dan mencari ujung dari pengalaman yang menyakitkan.
Penemuan dari para peneliti University of California ini menawarkan beberapa wawasan mengenai fungsi rapid eye movement (REM) yang berkaitan dengan emosi. Penemuan tersebut juga menawarkan penjelasan tentang mengapa orang-orang dengan post-traumatic stress disorder (PSTD) mengalami kesulitan memulihkan diri dari pengalaman menyakitkan dan berulang kali mengalami mimpi buruk.
Matthew Walker, seorang ilmuwan syaraf menjelaskan bahwa mimpi memberikan balsem penenang yang mengurangi rasa sakit akibat pengalaman emosional hari-hari sebelumnya. Sedangkan untuk orang yang mengalami PSTD, "Terapi satu malam ini mungkin tidak dapat bekerja secara efektif. Jadi ketika muncul sebuah kilas balik, katakanlah terpicu oleh suara ledakan kenalpot mobil, mereka menghidupkan kembali seluruh pengalamannya sekali lagi, karena saat tidur emosinya belum benar-benar dilucuti."
Dilansir melalui Scienceagogo, Senin (28/11/2011), Walker menjelaskan, "Kami mengetahui kondisi REM ketika tidur membuat kadar norepinephrine, yaitu kimia otak yang berkaitan dengan stress, mengalami pengurangan secara signifikan."
"Selama mengalami REM, memori mengalami aktivasi ulang, menyusun perspektif, menghubungkan dan mengintegrasikannya. Tapi ini terjadi ketika kondisi kimia syaraf penghasil stress ditekan," tambah Els van der Helm, co-author penelitian tersebut.
Ikuti @Smart_Newz