TANGAN YANG TAK AKAN DISENTUH API NERAKA



KETIKA Rasulullah pulang dari perang Tabuk, beliau bertemu dengan salah seorang sahabatnya, Muaz. Ketika bersalaman, terasa oleh beliau telapak tangan Muaz yang kasat. Lalu beliau bertanya apakah sebabnya sehingga telapak tangan itu menjadi kasat. Muaz menjawab,”Saya membajak tanah, untuk nafkah keluarga saya Ya Rasulullah.” Mendengar jawaban itu Rasulullah mencium tangan Muaz dan berkata,”Tangan ini tak akan disentuh api neraka, Muaz”.

Islam menganjurkan umatnya untuk bekerja. Hadis di atas menunjukkan betapa Rasulullah sangat menghargai sahabatnya yang bekerja, walaupun jenis pekerjaan itu adalah pekerjaan kasar. Sayangnya banyak kalangan umat Islam yang tidak memahami masalah ini. Mereka menganggap bahwa agama membuat hidup menjadi malas, stagnan dan jumud. Sehingga timbullah dikotomi antara memegang teguh ajaran agama dan etos kerja yang profesional.

Hal ini mungkin disebabkan sejarah panjang umat Islam yang dijajah dan ditindas oleh bangsa-bangsa yang justru meninggalkan agamanya. Padahal dalam ajaran Islam, perintah meraih sukses dunia dalam bidang apapun adalah syarat untuk menjadi khalifah di muka bumi. Sebab, bagaimana mungkin seseorang bisa berzakat kalau tidak punya harta? Bagaimana mungkin seseorang bisa menaklukkan alam jika tak berilmu? Allah SWT berfirman,” Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah di muka bumi dan carilah karunia Allah (QS 62:10).

Prof. Dr. Hamka dalam buku Tasauf Modern mengatakan bahwa manusia diciptakan untuk bekerja. Dan hakikat kerja dalam Islam adalah manifestasi dari perintah Allah SWT bahwasanya orang hidup tidak boleh menganggur.

Apalagi bagi manusia yang diberi tanggung jawab mengumbar kata-kata daripada kerja. Setiap hari kita disuguhi perang pernyataan, bantahan, pembelaan, tuntutan yang membuat umat bertambah bingung. Hal ini tentu sangat kita sesalkan. Kita berharap perang kata-kata antar pemimpin bangsa segera berakhir dan berganti dengan perang program, perang kerja, sehingga rakyat dapat merasakan hasil kerja dari pemimpin yang mereka pilih dan percayai. Wallahu a’lam.

[Sumber: Islampos]