KUE PENGANTIN BERUSIA 113 TAHUN, TETAP UTUH SETELAH TERKENA DAMPAK LEDAKAN PERANG DUNIA II


Kebanyakan kue pengantin yang dihadirkan saat pesta pernikahan hanya bertahan di hari itu saja. Yang pada akhirnya harus berakhir dengan potongan-potongan kecil yang ditaruh pada kotak dan dibawa pulang pengunjung sebagai cindera mata.

Tapi kue pengantin yang satu ini tetap berbeda. Kue ini bertahan hingga 113 tahun dan diperkirakan kue pengantin ini menjadi kue pengantin tertua di dunia yang masih lengkap.

Kue pengantin ini dibuat pada masa pemerintahan Ratu Victoria tahun 1898 oleh sebuah toko kue yang tak disebutkan namanya.

Selain usianya yang sudah 113 tahun, kue ini juga memiliki disain serta detail hiasan yang masih utuh. Padahal kue pengantin ini ikut terkena dampak dari ledakan bom di Perang Dunia II.

Lihatlah detail kue pengantin ini, meski 113 tahun dan terkena dampak ledakan bom Perang Dunia II, kue ini masih utuh

Bagaimana soal rasanya?

Pertanyaan yang bagus tapi susah untuk dijawab karena sudah pasti kue ini tak layak makan. Gula pada kue pengantin yang seharusnya berwarna putih ini telah berubah menjadi coklat karena penyimpanannya saat ditemukan tak layak.

Meski usianya 113 tahun, bagian kue pengantin ini ternyata masih lembab. Ini diungkap setelah dilakukan penelitian menggunakan jarum suntik untuk mengambil bagian dalam kue tersebut.

Menurut kurator museum Sue Tapliss, gula meresap ke dalam yang membuatnya berwarna coklat adalah akibat dari suhu yang lembab dan panas. Sebelum disumbangkan, kue pengantin ini sebenarnya tersimpan di loteng hampir satu abad lamanya.

Ada sedikit bagian yang mengalami sedikit kerusakan, dan itu kemungkinan karena dampak Perang Dunia II. Untuk sebuah kue pengantin model menara yang terkena Perang Dunia II, kerusakan minor ini tergolong amat wajar.

Kue Pengantin ini akhirnya disimpan di museum

Asal mula kue pengantin tertua di dunia ini

Sebuah toko kue di Basingtoke, Hampshire sengaja menyimpan kue pengantin tersebut di loteng meski toko ini sudah lama tutup pada tahun 1964.

Putri tukang roti pemilik toko tersebut akhirnya menyumbangkan kue tersebut ke museum saat usianya sudah senja. Keputusan ini diambil lantaran takut kue tersebut ditemukan seseorang yang kemudian menganggap dirinya dicampakkan pria saat di altar pernikahan.
Sebuah kue pernikahan yang tak jelas siapa pembuatnya, dimiliki oleh seorang pemilik toko roti yang kebetulan putrinya juga tak menikah.
Kue tersebut akhirnya berhasil dipindahkan dengan cara yang tidak mudah dan kemudian diawetkan dengan media penyimpanan kotak berisi gel silika di museum Willis di Basingstoke.

Kenapa kue tersebut tak pernah dimakan atau digunakan? Nah untuk pertanyaan ini adalah sebuah misteri yang belum terungkap.