TERNYATA [KADANG] MEMPERTAHANKAN LEBIH SULIT MENDAPATKAN



Pernahkah sahabat mendengarkan atau membaca pernyataan “Mempertahankan lebih sulit mendapatkan?”

Pernyataan tersebut baru kualami kemarin hingga malam ini. Mempertahankan persahabatan yang dibangun dan dibina sejak zaman kuliah hingga keduanya sudah ‘mapan’ menurut kadarnya masing-masing memang tidak mudah. Di dalamnya dibutuhkan kesabaran, bersikap dan berpikir dewasa, dan sebagainya.

Ya, aku pernah kehilangan seorang teman baik, sahabat, di masa lalu karena kesibukanku di tahun 2011 yang tidak terlalu terlihat menonjol dari segi penghasilan namun setidaknya cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari dan bisa menyumbang dana ke orangtua. Oleh karena kesibukanku itulah, persahabatan kami pun menjadi adem-ayem. Artinya bahwa kami tak lagi menegur sapa. Terakhir aku berkomunikasi dengannya…. Aku lupa kapan! :( Yang pasti, terakhir sms dia, tak ada respons sama sekali. Sedih memang…. Apalagi, kalau ingat dia adalah teman backpacker dan partner menulis yang menyenangkan.

Memiliki kesukaan, hobi, latar suku, dan sifat yang nyaris sama membuat kami satu visi dan misi. Salah satu perbedaan kami adalah sama-sama tidak menyukai tipe lelaki yang sama. Alhamdulillah. Itu artinya bahwa tidak ada kamus ‘rebutan cowok’ di antara kami.

Nah, kemarin sore hingga malam, entah mengapa, aku takut mengalami hal yang sama, yaitu kehilangan seorang sahabat lama lainnya. Ya, aku duluan yang memulai pertengkaran karena saat itu sedang sensi menunggu bus yang ngetem lama dan temanku berulang kali bertanya jadikah menginap di rumahnya.

Begitulah. Berdebat panjang lebar via SMS dan akhirnya berujung dengan Mrs MT pun menelepon di sela kesibukannya sebagai ibu rumah tangga. Semula, aku ingin meneleponnya dan ingin menyelesaikan semuanya via telepon. Aku ingin minta maaf dan tak mau kehilangan sahabat sebaik dirinya. Sahabat yang sabar dan selalu menjaga nama baikku. Dia bangga berteman denganku namun tak suka dengan sikap burukku yang tak jua berubah. Adapun, aku bingung dengan sikap burukku sendiri. Ya, tak mudah berkompromi dengan orang lain mengenai hal ini, kecuali dia sudah mengenalku sejak lama dan melewati banyak momen baik sedih maupun senang dalam hitungan tahun, tak hanya bulan, apalagi hari. Aku juga berusaha menjaga persahabatan itu dengan sekuat tenaga dengan mengingatkan beberapa kelalaian yang sering dia lakukan. Ya, kami memang sudah salah paham dan akhirnya pun bersepakat bahwa sama-sama salah, lebih tepatnya aku yang salah.

Terharu kala dia bilang ingin menjemputku tengah malam di sebuah terminal bus. Padahal, kala itu, aku sudah pasrah dan mengatakan bahwa jika bus yang kutunggu tak jua datang, maka aku pulang saja ke rumah. Namun, dia bilang,”Ya, nanti kujemput di terminal semalam apapun kau datang.” Belum lagi, aku sempat marah kepadanya tadi siang yang kemudian dia membalasnya dengan kemarahan.

Begitulah…. Ternyata, (kadang) mempertahankan lebih sulit mendapatkan….