SALAHKAH PEJABAT BERMEWAH-MEWAHAN DI TENGAH KEMISKINAN RAKYAT?


Ironis. Para pejabat bermewah-mewahan sementara jutaan rakyatnya hidup dalam kemiskinan dan kelaparan…
Apa salahnya kami hidup mewah punya mobil hingga 7 milyar rupiah? Dalih beberapa pejabat dan anggota DPR. Toh kami mendapatnya dgn cara yang halal.

Jawabnya: Salah!
Allah bukan cuma melihat dari mana harta itu didapat. Tapi juga ke mana harta itu dihabiskan.

”Tahukah kamu orang yang mendustakan agama?

Itulah orang yang menghardik anak yatim,
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, yaitu orang-orang yang lalai dari salatnya, orang-orang yang berbuat ria.

Dan enggan menolong dengan barang berguna.” [Al Maa’uun:1-7]
”Tidak beriman kepadaku orang yang tidur dengan kenyang sementara tetangganya lapar padahal dia mengetahui hal itu.” (HR. Al Bazzaar)

”Berikanlah hartamu kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros.

Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” [Al Israa’:26-27]

Saat Nabi memimpin ummatnya, 2 negara Adi Kuasa saat itu: Kerajaan Romawi dan Persia nyaris jatuh di tangannya. Jika mau, beliau bisa hidup mewah.

Namun beliau memilih hidup sederhana. Sebaliknya sebagian besar harta beliau sumbangkan untuk kaumnya. Jika pagi beliau mendapat rezeki, maka sore hari sudah nyaris tidak tersisa lagi sekedar untuk bisa makan saja.

Nabi tidur di atas pelepah kurma. Rumahnya yang luasnya sekitar 100 m2, nyaris tidak ada perabotan yang berharga. Beliau sering mengganjal perutnya dengan 3 batu karena menahan lapar. Itulah gaya hidup Nabi.
Sementara para sahabat yang kaya seperti Usman menyumbang 1/3 hartanya untuk Allah. Umar 1/2, sementara Abu Bakar seluruh hartanya beliau sumbangkan.
Jadi beda sekali dengan banyak ummat Islam sekarang yang hidup bermewah-mewahan sementara jutaan rakyat kelaparan.

Ada orang yang berkata tidak apa hidup mewah asal tidak korupsi.
Itu keliru.

Qarun meski mendapat harta dengan cara halal dan tidak korupsi, Allah tetap murka dengannya. Allah murka bukan karena Qarun korupsi. Tapi karena Qarun sombong dengan bermewah-mewahan:
“Karun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.” Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.” [Al Qashash 78]
“Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.” [Al Qashash 79]
“Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).” [Al Qashash 81]
Orang kaya yang bermewah-mewahan biasanya memang sombong dan sengaja riya’/pamer dengan membeli rumah dan mobil mewah agar orang-orang tahu kalau mereka kaya.
“Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main” [Asy Syu'araa' 128]
Bahkan ada seorang anggota DPR dengan sombong berkata, saya dari lahir ini sudah kaya. Mana orang yang lebih kaya daripada saya? Begitu katanya. Padahal semua kekayaan yang dia dapat itu milik Allah. Saat lahir, dia telanjang bulat tidak punya apa-apa. Saat meninggal pun nanti begitu. Segala macam rumah, mobil, dan uang yang dia miliki, sudah bukan milik dia lagi. Tapi berpindah ke ahli warisnya. Demikian seterusnya. Sementara dia cuma jadi tulang belulang dan makanan serangga dan binatang tanah.
Lihat bagaimana Allah menjanjikan siksa neraka kepada orang-orang yang bermegah-megahan dan membanggakan hartanya:


“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” [Al Hadiid 20]

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu” [At Takaatsur 1]

“Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim” [At Takaatsur 6]

“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” [At Takaatsur 8]

“…Orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.” [Huud 116]

“Hingga apabila Kami timpakan azab, kepada orang-orang yang hidup mewah di antara mereka, dengan serta merta mereka memekik minta tolong.” [Al Mu'minuun 64]

[Sumber: Agusnizami]